BPJS Batal Naik (Dok. Pribadi) |
TOK,...MA (Mahkamah Agung) pun sudah mengetuk palu (mungkin gambarannya seperti itu) langsung gemanya tersebar sampai ke sosial media, sebuah dunia maya yang bising langsung bereaksi, senang dan bahagia, bahkan mereka dengan ikhlas menyebarkan ke seantero dunia per-sosmed-an. Sebuah dunia dimana suatu kejadian dapat dengan mudahnya menyebar ketangan-tangan para pemegang “sematpon” yang budiman.
BPJS atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bisa menjadi sebuah kalimat ajaib yang menyihir para warga +62 untuk bereaksi atas sekecil apapun itu, apalagi menyangkut dengan istilah BPJS ini. Rasanya saya pun pura-pura untuk tidak mengambil pusing dengan kejadian di MA tadi. Maaf pura-pura tidak ambil pusing pasti akan beda pengertiannya dengan tidak mau tahu, walaupun pada dasarnya kita tetap mau tau.
Saya adalah orang yang juga punya masalah dengan BPJS tentunya, ini rahasia sebenarnya. Keputusan yang diambil oleh MA pada dasarnya bisa menjadi angin segar bagi warga negara ini, di bawah bayang-bayang isu virus korona yang telah menghampiri negri ini. Beberapa hari ini kita disibukkan dengan “ketakutan” akan wabah virus korona, ditambah dengan serbuan berita-berita dari media mainstream maupun media "anu" yang begitu all out dalam memberitakan soal wabah ini.
Virus korona yang masuk di Indonesia bisa jadi sebenarnya sudah lama masuk, cuman kita saja yang belum sadar (ini pendapat saya) kepanikan pun terjadi, panic buying entah apa istilahnya pun terjadi apalagi setelah Presiden kita mengumumkannya di media. Dari aksi borong dan timbun masker sampai dengan aksi borong sembako pun terjadi. Rasanya wajar jika hal ini terjadi, yah mengingat itu tadi, media yang sangat gencar mengabarkan akan dampak dan bagaimana proses virus itu menyebar.
BPJS yang ditolak oleh MA semacam pereda sesaat dari kepanikan akan penyebaran virus korona dan teror berita yang menyertainya, teror disini adalah penyebaran berita-berita yang terlalu-lalu alias dibumbui apalah-apalah. BPJS batal naik yang ramai diberitakan dan dibagikan di sosial media juga bagian dari “kepanikan” cuma kepanikan disini bisa berarti lain. Bisa jadi justru pemerintah yang panik dengan keputusan ini.
Saya adalah orang yang juga punya masalah dengan BPJS tentunya, ini rahasia sebenarnya. Keputusan yang diambil oleh MA pada dasarnya bisa menjadi angin segar bagi warga negara ini, di bawah bayang-bayang isu virus korona yang telah menghampiri negri ini. Beberapa hari ini kita disibukkan dengan “ketakutan” akan wabah virus korona, ditambah dengan serbuan berita-berita dari media mainstream maupun media "anu" yang begitu all out dalam memberitakan soal wabah ini.
Virus korona yang masuk di Indonesia bisa jadi sebenarnya sudah lama masuk, cuman kita saja yang belum sadar (ini pendapat saya) kepanikan pun terjadi, panic buying entah apa istilahnya pun terjadi apalagi setelah Presiden kita mengumumkannya di media. Dari aksi borong dan timbun masker sampai dengan aksi borong sembako pun terjadi. Rasanya wajar jika hal ini terjadi, yah mengingat itu tadi, media yang sangat gencar mengabarkan akan dampak dan bagaimana proses virus itu menyebar.
BPJS yang ditolak oleh MA semacam pereda sesaat dari kepanikan akan penyebaran virus korona dan teror berita yang menyertainya, teror disini adalah penyebaran berita-berita yang terlalu-lalu alias dibumbui apalah-apalah. BPJS batal naik yang ramai diberitakan dan dibagikan di sosial media juga bagian dari “kepanikan” cuma kepanikan disini bisa berarti lain. Bisa jadi justru pemerintah yang panik dengan keputusan ini.
Akankah pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan lain dari putusan MA kali ini, mengingat defisit yang terjadi pada tubuh BPJS di negeri ini bukan sedikit jumlahnya, konon katanya sampai puluhan trilliun besarannya. Malah uang dari rokok pun dipakai untuk menutupi besaran defisit yang terjadi di tubuh BPJS itu sendiri,heeem..."Rokok". Panik? Sudah pasti lah. Batalnya kenaikan ini akan menambah beban anggaran ditambah dengan kepanikan isu virus korona yang sedang terjadi saat ini. BPJS batal naik menjadi berita baik bagi warga negara dan menjadi berita buruk bagi keuangan negara, nah looh.
BPJS, Korona dan KITA
Bagi warga Indonesia sendiri isu virus korona ini telah mengambil sedikit kelelahan dalam keseharian, kita dihantui dengan beberapa mis-informasi yang berkembang di jagat sosial media. Kita telah di paksa untuk tunduk pada media dengan segala informasinya yang berkembang. Apakah ini semacam candu informasi yang terus diberikan kepada kita. Dampaknya apa? Bisa jadi kita kecanduan dan dipaksa untuk mengikuti setiap alur informasi yang berseliweran di hape canggih kita. Semacam FOMO (fear of missing out) Sekecil apapun perkembangan soal isu korona ini adalah kewajiban kita untuk mengetahuinya lebih cepat.Sama dengan berita BPJS yang batal naik tadi diatas, berita ini lagi-lagi adalah berita segar nan menggembirakan bagi masyarakat kita dibawah bayang-bayang berita virus korona dengan semua dampaknya yang bisa terjadi jika kita memang lagi apes terkena atau terjangkitinya. Bahkan bisa juga semacam takdir yang tertulis bahwa kita sedang terjangkiti virus korona kelak. Saya berharap kita semua dapat melalui ”cobaan” ini dengan selalu berpikir positif bahwa semua ini akan segera bisa kita lewati bersama. Toh bukan kali ini saja masyarakat dunia berhadapan dengan ujian wabah penyakit yang mematikan. Beberapa puluh tahun silam pun masyarakat dunia pernah di serang dengan beberapa wabah yang sangat mematikan. Mungkin bisa jadi wabah virus berita hoax pun sebenarnya jadi sangat mematikan, minimal bisa mematikan akal sehat kita.
(ini hanya opini -receh- saya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar